A. PENGERTIAN PENYIMPANGAN SOSIAL
Dalam
kehidupan masyarakat sering dijumpai adanya perilaku yang menyimpang.
Perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses sosialisasi yang tidak
sempurna. Perilaku yang menyimpang mengakibatkan terjadinya pelanggaran.
Pelanggaran tersebut terjadi karena seorang individu atau kelompok
tidak bisa bersosialisasi secara sempurna. Hal tersebut menyebabkan
individu atau kelompok terjerumus ke dalam pola perilaku yang
menyimpang. Dengan kata lain, terjadilah penyimpangan sosial dalam
kehidupan.
Penyimpangan
adalah segala bentuk perilaku yang tidak menyesuaikan diri dengan
kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah tindakan atau
perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut dalam
lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan
terjadi apabila seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai
yang berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma
dalam masyarakat disebut dengan deviasi (deviation), sedangkan pelaku
atau individu yang melakukan penyimpangan disebut divian (deviant).
Pada
masyarakat tradisional penyimpangan jarang sekali terjadi dan dapat
dikendalikan. Sebaliknya, pada masyarakat modern, penyimpangan dirasa
semakin banyak dan bahkan seringkali menimbulkan kerugian yang sangat
besar bagi pihak lainnya. Salah satu bentuk penyimpangan adalah
penyimpangan sosial.
Seperti
halnya kebudayaan yang bersifat relatif maka penyimpangan sosial juga
bersifat relatif. Artinya, penyimpangan sosial sangat tergantung pada
nilai dan norma sosial yang berlaku. Suatu tingkah laku dapat dikatakan
menyimpang oleh suatu masyarakat, namun belum tentu dianggap menyimpang
oleh masyarakat lain yang memiliki norma dan nilai yang berbeda.
Pengertian penyimpangan sosial sangat beragam. Berikut ini pengertian penyimpangan sosial yang dikemukakan oleh beberapa tokoh.
1. James
W van de Zanden, penyimpangan sosial sebagai perilaku yang oleh
sejumlah besar orang dianggap tercela dan di luar batas toleransi.
2. Bruce
J. Cohen, penyimpangan sosial sebagai perbuatan yang mengabaikan norma
dan terjadi jika seseorang atau kelompok tidak mematuhi patokan baku
dalam masyarakat (dalam buku Sosiologi : Suatu Pengantar, Terjemahan).
3. Robert
M.Z. Lawang, penyimpangan sosial sebagai semua tindakan yang menyimpang
dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan
usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku yang menyimpang (dalam buku materi pokok pengantar sosiologi).
Penyimpangan
sosial terlihat dalam bentuk perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang
disebut nonkonformitas. Jadi, pada dasarnya perilaku menyimpang adalah
perilaku yang menyimpang atau sifat sesuai dengan norma dan nilai-nilai
yang dianut masyarakat atau kelompok, baik secara sengaja ataupun tidak
sengaja.
B. PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG
Terjadinya
perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi
masyarakat yang ada. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan
yang berbeda maka hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola-pola
perilaku yang berlainan. Tidak semua individu mampu mengidentifikasi
diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini
berarti gagalnya proses sosialisasi sehingga cenderung menerapkan
pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang. Adapun faktor-faktor
penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang adalah sebagai berikut.
1. Perbedaan
status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat
mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah
tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi.
2. Banyaknya
pemuda putus sekolah (drop out) dan pengangguran. Mereka yang tidak
mempunyai keahlian tidak mungkin bisa bekerja di perkantoran, padahal
mereka membutuhkan sandang, pangan, dan tempat tinggal. Akhirnya, mereka
mengambil jalan pintas dengan menjadi pengamen atau pengemis jalanan.
3. Kebutuhan
ekonomi untuk serba berkecukupan, tanpa harus bersusah payah bekerja,
mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara mencuri,
merampok, menodong, dan lain-lain.
4. Keluarga
yang berantakan (broken home) dapat menyebabkan adanya penyimpangan
sosial. Sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatan¬kegiatan yang
sifatnya negatif seperti berjudi, narkoba, miras, terjun ke dalam
kompleks prostitusi.
5. Pengaruh
media massa seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran TV
yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas.
C. TEORI PENYIMPANGAN SOSIAL
Penyimpangan
sosial yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Oleh karena itu,
muncullah beberapa teori tentang penyimpangan, antara lain sebagai
berikut :
1. Teori Anatomi
Teori ini berpandangan bahwa munculnya perilaku menyimpang adalah konsekuensi dari perkembangan
norma masyarakat yang makin lama makin kompleks sehingga tidak ada
pedoman jelas yang dapat dipelajari dan dipatuhi warga masyarakat
sebagai dasar dalam memilih dan bertindak dengan benar. Robert K. Merton
mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku itu terjadi karena masyarakat
mempunyai struktur budaya dengan sistem nilai yang berbeda-beda sehingga
tidak ada satu standar nilai yang dijadikan suatu kesepakatan untuk
dipatuhi bersama sehingga masyarakat akan berperilaku sesuai dengan
standar.
Dalam
suatu perombakan struktur nilai seringkali terjadi perbaharuan untuk
meyempurnakan tata nilai yang lama dan dianggap tidak sesuai. Dalam
konteks ini terjadi inovasi nilai. Inovasi adalah suatu sikap menerima
tujuan yang sesuai dengan nilai budaya tetapi menolak cara yang
melembaga untuk mencapai tujuan.
2. Teori Pengendalian
Teori ini muncul bahwa perilaku menyimpang pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor.
a. Pengendalian dari dalam yang berupa norma-norma yang dihadapi.
b. Pengendalian
yang berasal dari luar, yaitu imbalan sosial terhadap konformitas dan
sanksi atau hukuman bagi masyarakat yang melanggar norma tersebut.
Untuk
mencegah agar perilaku menyimpang tidak berkembang lagi maka perlunya
masyarakat melakukan peningkatan rasa keterikatan dan kepercayaan
terhadap lembaga dasar masyarakat. Semakin kuat ikatan antara lembaga
dasar dengan masyarakat, akan semakin baik karena bisa menghayati norma
sosial yang dominan yang berlaku dalam masyarakat.
3. Teori Reaksi Sosial
Teori
ini umumnya berpendapat bahwa pemberian cap atau stigma seringkali
mengubah perilaku masyarakat terhadap seseorang yang menyimpang,
sehingga bila seseorang melakukan penyimpangan primer maka lambat laun
akan melakukan penyimpangan sekunder.
Seseorang
yang tertangkap basah mencuri, dan kemudian diberitakan di media massa
sehingga khalayak umum mengetahuinya maka beban pertama yang harus ia
tanggung adalah adanya stigma atau cap dari lingkungannya yang
mengklasifikasikannya sebagai penjahat. Cap sebagai residivis itu
biasanya sifatnya abadi. Kendati orang tersebut telah menebus
kesalahannya yang diperbuat tadi, yaitu dengan dipenjara, namun hal itu
tidak cukup efektif untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat
akan dirinya.
4. Teori Sosialisasi
Menurut
para ahli sosiologi, munculnya perilaku menyimpang pada teori ini,
didasarkan dengan adanya ketidakmampuan masyarakat untuk menghayati
norma dan nilai yang dominan. Penyimpangan tersebut disebabkan adanya
gangguan pada proses penghayatan dan pengamalan nilai tersebut dalam
perilaku seseorang.
Pada lingkungan komunitas yang rawan dan kondusif bagi tumbuhnya perilaku menyimpang adalah sebagai berikut.
a. Jumlah penduduk yang berdesak-desakan dan padat.
b. Penghuni berstatus ekonomi rendah.
c. Kondisi perkampungan yang sangat buruk.
d. Banyak terjadi disorganisasi familiar dan sosial yang bertingkat tinggi.
Menurut
pendapat Shaw, Mckay dan mcDonal (1938), menemukan bahwa di
kampung-kampung yang berantakan dan tidak terorganisasi secara baik,
perilaku jahat merupakan pola perilaku yang normal dan wajar.
D. PROSES PEMBENTUKAN PERILAKU MENYIMPANG
Pembentukan
perilaku menyimpang dapat terjadi karena proses sosialisasi yang tidak
sempurna dan nilai-nilai subkebudayaan menyimpang.
1. Proses sosialisasi yang tidak sempurna
Dalam
proses sosialisasi yang sangat berperan adalah agents of sosialization
atau pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Adapun agen-agen
sosialisasi terdiri atas :
a. keluarga,
b. sekolah,
c. kelompok pergaulan, dan
d. media massa.
Para
agen sosialisasi menyampaikan pesan-pesan yang berbeda antara orang tua
dengan lainnya. Hal-hal yang diajarkan oleh keluarga mungkin berbeda
dengan yang disampaikan oleh agen di sekolah. Contoh: Perilaku yang
dilarang oleh keluarga dan sekolah, seperti penyalahgunaan narkoba,
pelecehan seksual, membolos, merokok, berkelahi, dan lain-lain diperoleh
dari agen sosialisasi, kelompok pergaulan dan media massa.
Proses
sosialisasi seolah-olah tidak sempurna karena tidak sepadan antara agen
sosialisasi satu dengan yang lain. Proses sosialisasi yang tidak
sempurna antara lain disebabkan oleh :
a. Terjadinya
disorganisasi keluarga yaitu perpecahan dalam keluarga sebagai satu
unit, karena anggota keluarga gagal dalam memenuhi kewajibannya yang
sesuai dengan perannya.
b. Peperangan
mengakibatkan disorganisasi dalam berbagai aspek kemasyarakatan. Dalam
keadaan kacau, nilai dan norma tidak berfungsi sehingga banyak sekali
penyimpangan.
E. PERILAKU MENYIMPANG SEBAGAI HASIL PROSES SOSIALISASI NILAI-NILAI SUB KEBUDAYAAN MENYIMPANG
Dalam
proses sosialisasi, seseorang mungkin dipengaruhi oleh nilai-nilai
subkebudayaan yang menyimpang, sehingga terbentuklah perilaku
menyimpang. Contoh : seorang anak dibesarkan pada lingkungan yang
menganggap perbuatan minum-minuman keras, pelacuran, dan perkelahian
sebagai hal yang biasa, maka anak tersebut akan melakukan perbuatan
menyimpang yang serupa. Menurut ukuran masyarakat luas, perbuatan anak
tersebut jelas bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, maka
perbuatan anak tersebut dapat dikategorikan menyimpang.
Perilaku menyimpang tersebut banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.
Perilaku
menyimpang dapat disebabkan oleh anomi. Secara sederhana anomi
diartikan sebagai suatu keadaan di masyarakat tanpa norma.
Konsep
anomi yang dikemukakan oleh Emilie Durkheim adalah keadaan yang kontras
antara pengaruh subkebudayaan dengan kenyataan sehari-hari dalam
masyarakat. Seakan-akan tidak mempunyai aturan-aturan untuk ditaati
bersama. Keadaannya menjadi chaos atau kekacauan yang sulit diatasi.
Padahal cukup banyak aturan-aturan yang telah disepakati bersama dalam
masyarakat yang disebut konformitas. Jika aturan ini dilanggar disebut
deviasi. Apabila pelanggaran sudah dianggap biasa, karena toleransinya
pengawasan sosial, penyimpangan itu akhirnya menjadi konformitas.
Contoh: perbuatan menyuap seakan-akan menjadi konformitas, dan perbuatan
siswa mencontek pada waktu ulangan.
Menurut
Robert K. Merton keadaan anomi dapat menyebabkan penyimpangan sosial.
Dikatakan bahwa dalam proses sosialisasi individu-individu belajar
mengenal tujuan-tujuan penting dalam kebudayaan dan juga mempelajari
cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan budaya tersebut.
Anomi
terjadi karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan
cara-cara untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Menurut Merton, ada
lima tipologi tingkah laku individu untuk menghadapi hal tersebut yaitu
konformitas, inovasi ritualisme, pengasingan diri, dan pem-berontakan.
a. Konformitas
Konformitas
merupakan suatu sikap menerima tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Contoh : seseorang
yang ingin lulus tes Calon Pegawai Negeri Sipil tidak memakai joki atau
contek, tetapi dengan cara belajar sungguh-sungguh. Belajar merupakan
cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang disetujui dan sudah melembaga
dalam masyarakat, sedangkan menjadi PNS merupakan tujuan yang sesuai
dengan nilai budaya. Sikap konformitas ini bukan merupakan keadaan
anomis.
b. Inovasi
Inovasi
merupakan suatu sikap menerima tujuan yang sesuai dengan nilai budaya,
tetapi menolak cara-cara yang melembaga untuk mencapai tujuan. Contoh:
masyarakat mendorong semua anggota masyarakat untuk memperoleh kekayaan
yang melimpah. Namun, kenyataannya hanya beberapa orang yang berhasil
memperoleh dengan menggunakan cara-cara yang disetujui. Mereka melihat
betapa kecilnya kemungkinan untuk berhasil jika mematuhi peraturan, maka
mereka berupaya untuk melanggar peraturan yang ada misalnya korupsi.
c. Retualisme
Retualisme
merupakan sikap menerima cara-cara yang melembaga, tetapi menolak
tujuan-tujuan kebudayaannya. Contoh sikap seenaknya dan berbincang -
bincang dengan temannya pada waktu upacara. Hal ini menandakan bahwa ia
telah melupakan makna upacara.
d. Pengasingan
Pengasingan
diri merupakan sikap yang menolak tujuan maupun cara-cara untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya. Contoh :
seseorang yang menjadi pemabuk berat karena frustasi, sehingga dia tidak
memperhatikan keluarga, dan pekerjaan. Ia mengasingkan diri dari
kehidupan masyarakat normal.
e. Pemberontakan
Pemberontakan
merupakan sikap yang menolak tujuan dan cara-cara yang melembaga dan
berupaya menggantikannya dengan tujuan dan cara baru atau lain. Contoh:
kaum revolusioner.
F. CONTOH PENYIMPANGAN SOSIAL
Ada
berbagai jenis penyimpangan sosial yang terjadi dalam keluarga ataupun
masyarakat. Berikut ini beberapa contoh penyimpangan sosial, antara lain
yaitu penyalahgunaan narkotika, perkelahian pelajar, perilaku seksual
di luar nikah, perilaku kriminal, dan homoseksualitas.
1. Penyalahgunaan Narkotika
Penyalahgunaan
narkotika dengan dosis teratur dapat bermanfaat seperti untuk keperluan
kesehatan, yaitu suntikan dalam proses pembedahan atau pada
operasi¬operasi sehingga orang tidak merasakan sakit ketika dilaksanakan
suatu operasi. Namun, penggunaan dengan dosis melampaui ukuran normal
dapat menimbulkan efek negatif, yakni overdosis. Dalam kondisi seperti
ini orang akan mengalami penurunan kesadaran, yaitu setengah sadar dan
ingatannya menjadi kacau. Menurut hasil penelitian ilmiah Dr. Graham
Baliane (psikiater), mengemukakan bahwa alasan seorang remaja yang
menggunakan narkotika adalah:
a. membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya;
b. menunjukkan tindakan yang menentang otoritas orang tua, guru, dan norma sosial;
c. mempermudah penyaluran perilaku seks;
d. melepaskan diri dari kesepian;
e. mencari dan menemukan arti hidup;
f. mengisi kekosongan;
g. menghilangkan frustasi dan kegelisahan hidup;
h. mengikuti kawan-kawan, karena tidak ingin dikatakan sebagai pecundang;
i. sekadar iseng-iseng dan didorong rasa ingin tahu.
Penyalahgunaan
narkotika dan zat-zat lain yang sejenisnya merupakan perbuatan yang
merusak dengan segala akibat negatifnya. Seseorang yang sudah merasa
tergantung akan narkotika bisa merugikan diri sendiri dan hancurnya
kehidupan masa depan.
Beberapa jenis tanaman bahan narkotika dan obat bius, antara lain sebagai berikut.
a. Candu dan opium yang berasal dari tumbuhan Papaver somniferum.
b. Morfin
merupakan zat yang diper¬oleh dari candu. Umumnya morfin berwarna putih
dan berwujud bubukan serta berasa pahit. Jenis lainnya adalah heroin
dan kokain.
c. Alkohol
mempunyai sifat me¬nimbulkan gangguan pada susunan saraf. Apabila
diminum pada awalnya akan merasa senang, akan tetap lama kelamaan dapat
me¬nimbulkan kesadarannya merendah, badan terganggu dan lain sebagainya.
d. Kokain
diperoleh dari tumbuhan Erythroxylon coca, termasuk jenis tumbuhan
semak yang tingginya 2 cm. Daunnya mengandung zat pembius, banyak
dipakai untuk operasi.
e. Ganja atau mariyuana diperoleh dari tumbuhan yang bernama Canabis Sativa. Cocok di daerah tropis dan sub tropis.
f. Kafein yang terkandung dalam kopi memengaruhi susunan saraf dan jantung.
g. LSD (Lusergic acid Diethylamide) dapat menyebabkan halusinasi atau bayangan dengan bermacam-macam khayalan.
h. Tembakau mengandung racun nikotin yang keras. Nikotin merangsang susunan urat saraf sehingga dapat menimbulkan ketagihan.
2. Perilaku Seksual di Luar Nikah
Adanya
gambar-gambar porno baik itu di media cetak dan media elektronik dapat
mendorong timbulnya perilaku seksual di luar nikah. Hubungan seksual di
luar pernikahan dianggap sebagai pelanggaran norma, baik itu norma agama
maupun norma sosial yang ada. Oleh karena itu, sejak dulu manusia telah
membuat seperangkat aturan tata nilai dan norma-norma yang mengatur
hubungan perilaku seksual, agar fungsi reproduksi manusia dapat
berlangsung tanpa mengganggu ketertiban sosial.
Akibat
penyimpangan seksual yang paling mengerikan saat ini adalah penyakit
AIDS. AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya virus yang
dapat merusak jaringan tubuh manusia sehingga dapat menimbulkan
kematian. Virus tersebut lebih dikenal dengan nama HIV (Human Immuno
Deciency Virus). Virus ini adalah suatu virus yang menyerang sel darah
putih manusia yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh sehingga
mudah diserang penyakit. Virus HIV dapat menular lewat tranfusi darah,
pencangkokan organ tubuh, pemakaian jarum suntik secara berlebihan,
hubungan seks tidak aman, dan lain-lain.
Secara umum tanda-tanda seseorang terkena penyakit AIDS, yaitu sebagai berikut.
a. Demam tinggi lebih dari satu bulan.
b. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat.
c. Diare lebih dari satu bulan.
d. Batuk berkepanjangan lebih dari satu bulan.
3. Perilaku Kriminal Lainnya
Perilaku
kriminal seperti pencurian, perampokan, dan pembunuhan juga termasuk
dalam perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh orang-orang yang
tidak mempunyai tanggung jawab sosial. Pelakunya dapat dikenai hukuman
mati, penjara, atau pencabutan hak-hak oleh negara. Sanksi yang tegas
tersebut dimaksudkan untuk menekan dan mengendalikan tindakan kriminal
yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab.
Pada
dasarnya kriminalitas adalah semua bentuk perilaku warga masyarakat
yang telah dewasa dan bertentangan dengan norma-norma hukum, terutama
adalah hukum pidana. Ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya
kriminalitas, yaitu dengan adanya kepincangan sosial, tekanan mental,
dan kebencian. Bisa juga karena adanya perubahan masyarakat dan
kebudayaan yang cepat tetapi tidak dapat diikuti oleh seluruh anggota
masyarakat, sehingga tidak terjadi penyesuaian yang sempurna.
4. Homoseksualitas
Homoseksualitas
adalah kecenderungan seseorang untuk tertarik kepada sesama jenis
kelamin sebagai mitra seksualnya. Tindakan homoseksualitas bertentangan
dengan norma sosial dan norma agama.
5. Kenakalan Remaja
Masalah
kenakalan remaja sering menimbulkan kecemasan sosial karena remaja
sebagai generasi penerus terperosot ke arah perilaku negatif. Menurut
Prof. Dr. Fuad Hasan, kenakalan remaja adalah perbuatan antisocial yang
dilakukan oleh remaja, bila hal ini dilakukan orang dewasa termasuk
tindak kejahatan.
Pendapat
lain menyatakan bahwa semua perbuatan penyelewengan norma yang
menimbulkan kerusakan masyarakat dan dilakukan remaja. Remaja yang
dimaksud adalah mereka yang berusia antara 12 tahun sampai dengan 18
tahun serta belum menikah.
6. Perkelahian Pelajar
Perkelahian
pelajar sebenarnya termasuk dalam kenakalan remaja karena merupakan
bentuk perilaku menyimpang. Perilaku semacam ini sering disebut dengan
istilah tawuran.
Tawuran
berbeda dengan per-kelahian satu lawan satu. Perkelahian satu lawan
satu tidak mendatangkan akibat luas, bahkan sebagian masyarakat
menganggap sebagai lambing sportivitas dan kejantanan. Perkelahian
pelajar berkaitan dengan krisis moral akrena tindakannya berlawanan
dengan norma agama atau norma sosial. Biasanya para pelajar yang
terlibat perkelahian tidak memikirkan risiko yang akan ditanggung
kemudian.
7. Tindak Kenakalan
Suatu
kelompok yang didonimasi oleh orang-orang yang nakal umumnya suka
melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren walaupun bagi
masyarakat umum tindakan trsebut adalah bodoh, tidak berguna dan
mengganggu. Contoh penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi
kebut-kebutan di jalan, mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan
mengganggu cewek yang melintas, corat-coret tembok orang dan lain
sebagainya.
8. Penyimpangan Budaya
Penyimpangan
kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya
yang berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di
masyarakat. Contoh : merayakan hari-hari besar negara lain di lingkungan
tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin yang tinggi, membuat
batas atau hijab antara laki-laki dengan wanita pada acara resepsi
pernikahan, dsb.
9. Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan
Kelompok
jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara sembunyi-sembunyi
maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa bertindak sadis
dalam melakukan tindak kejahatannya dengan tidak segan melukai hingga
membunuh korbannya. Contoh : Perampok, perompak, bajing loncat,
penjajah, grup koruptor, sindikat curanmor dan lain-lain.
10. Gaya hidup
Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum atau biasanya. Penyimpangan ini antara lain :
- Sikap arogansi Kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kepandaian, kekuasaan, kekayaan dsb.
- Sikap
eksentrik Perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap
aneh, misalnya laki-laki beranting di telinga, rambut gondrong dsb.
sumber:
gaborez21.blogspot.com